MODAL DUIT DARI ORANG ASLI KAMPUNG.


Gurdan hanyalah anak seorang Ketua RT di kampungnya. Tapi ayah Gurdan yang bernama Badra, selalu mencari peluang mengumpulkan lahan atau tanah yang belum bertuan. Tak heran bila Badra yang cuma Ketua RT itu memiliki ratusan hektar tanah yang hanya dilengkapi dokumen kepemilikan berupa surat pernyataan hak milik, yang ia tanda tangani serta ia stempel sendiri disamping tentunya sepengetahuan Kepala Kampung.

Adanya kegiatan penambangan batubara yang masuk di wilayah kampungnya, Badra ketiban rejeki besar, tanahnya ternyata memiliki cadangan deposit batubara yang cukup besar. Badra tak serta merta setuju saja bila lahan miliknya ditambang oleh pihak perusahaan. Ia hanya bersedia bila setiap ton batubara yang digali dan diambil dari dalam perut bumi lahannya itu dibayar oleh perusahaan sebesar Rp. 10 ribu per ton. Bayangkan betapa besar dan betapa banyak uang yang masuk ke kocek Badra.

Singkatnya keluarga Badra tak lagi memikirkan mesti bekerja susah-susah, uang terus mengalir tanpa henti, dan keluarga Badra dalam waktu singkat sudah berubah menjadi OKB alias Orang Kaya Baru di kampungnya mengalahkan kehidupan Kepala Kampung.

Kesejahteraan dan kemakmuran keluarga Badra tentu saja secara langsung menaikkan pamor Gurdan selaku anak sulung di keluarga itu. Apapun yang menjadi permintaan Gurdan selalu dituruti ayahnya. Namun meski sudah bergelimang uang, Gurdan yang cuma sempat menamatkan SMA itu, tak lantas lupa diri ikut larut dalam kehidupan remaja yang sudah banyak rusak ; mabuk, maupun mengkonsumsi narkoba.

Gurdan, dengan uang ayahnya memanfaatkannya bergaul dengan orang-orang yang jika berbicara berbau siasat alias berpolitik. Salah satu parpol berlogo singa mengajak Gurdan bergabung sebagai kader. Meskipun Gurdan harus merogoh kocek yang cukup dalam, Gurdan bersedia bergabung dengan Partai Singa Garang dengan janji akan diusung untuk merebut kursi Kepala Kampung periode selanjutnya yang tinggal beberapa bulan lagi.

Atas dukungan penuh dari ayahnya, Gurdan pun mulai mengatur siasat, membangun pencitraan diri dan mencari dukungan para tokoh kampung agar dapat memenangkan Pilkapung alias Pemilihan Kepala Kampung. Ratusan stiker, spanduk, bahkan baliho yang sudah Gurdan cetak dan persiapkan pun mulai disebar kemana-mana. “Asli Orang Kampung”, adalah motto yang dimunculkan tim sukses Gurdan, ini mengingat banyaknya orang pendatang di kampung itu yang sudah menetap sejak datuk mereka.

Dalam pikiran Gurdan, dengan isu Asli orang kampung, warga mayoritas pasti akan memberikan suaranya dan memilihnya. Apalagi dengan memperkerjakan kelompok pemenangan dari luar kampung yang sudah terbukti mampu memenangkan pemilihan Bupati. Gurdan tak ingin kerja setengah-setengah. Ia sudah mempersiapkan lumayan banyak dana untuk memenangkan kursi Kepala Kampung. Dalam kesempatan mengunjungi para tokoh kampung maupun ulama, Gurdan tak pernah lupa menyelipkan amplop tebal berikut sembako. Begitupun kepada warga, Gurdan royal membagi rejeki yang diperoleh keluarganya. “Ditambah nanti bagi-bagi uang menjelang saat pemilihan, pasti warga akan memilihku,” bathin Gurdan.

Gurdan pun tak ambil peduli dengan berbagai selentingan yang mengatakan dirinya cuma pantas jadi pemimpin grup pemain domino. Yang mengatakan dirinya cuma modal menghambur duit pun ia acuhkan saja. “Mereka yang menyebar isu cuma iri saja karena tak punya banyak duit,” ujar Gurdan menepis isu kurang sedap itu.

Warga di kampung Gurdan senang saja menerima pemberian apapun dari Calon Kepala Kampung. “Terima saja duitnya, urusan memilih atau tidak memilih dia kan nanti di bilik suara aja,” ungkap seorang warga menggurui warga lainnya. “Ya iyalah, kita kan diberi, bukan minta,” sahut lainnya.

Sikap warga yang seperti itu bukan tak diketahui Gurdan bersama tim suksesnya. Mereka sudah tak asing dengan sikap pemilih busuk sebagian warga itu. “Yang penting kita perlu menjaga para pendukung fanatik jangan sampai mereka terpengaruh menjadi pemilih busuk,” jelas Ketua Tim Sukses yang selalu rajin keliling lingkungan RT.

Perasaan Gurdan semakin berbunga bila membayangkan dirinya terpilih dan menjabat sebagai Kepala Kampung. Pikirnya, semua potensi SDA milik kampungnya akan mudah ia kelola sesukanya. Ia pun akan membuat peraturan kampung yang menguntungkan guna menjaga kepentingan bagi kampungnya.

Gurdan, anak ketua RT itu bakal bertarung dengan calon lainnya yang diantaranya terdapat yang sudah berpengalaman mengurus dan menata kampung. Tapi Gurdan tak peduli, semua dapat dikondisikan dan diselesaikan dengan uang, dan lagi-lagi uang ! Di depan gapura kampung tampak baliho besar bergambar sosok Gurdan yang sedang menatap ke depan dengan sorot mata tajam dengan tulisan, “Mohon Do’a Restu, Gurdan Anak Badra Ketua RT, Asli Orang Kampung, Siap Membangun Kampung Untuk Semua.” Di tengah kampung dekat lokasi pasar, terpasang pula baliho lainnya bertuliskan, “Orang Kampung yang Mandiri dan Peduli, Siap memimpin.” Tak cuma sampai disini pembangun citra sang calon, pada tiap pagi di radio milik kecamatan terdengar, “Saya Gurdan anaknya Badra Ketua RT akan mensejahterakan dan memakmurkan kampung bila terpilih menjadi Kepala Kampung periode mendatang. Dukung dan pilih saya yang mandiri serta peduli dengan perbaikan kampung.” Suara Gurdan yang keluar dari radio itu diperdengarkan berkali-kali di waktu pagi, tengah hari, petang dan malam. Konon Gurdan sudah menghabiskan 3/4 uang ayahnya untuk dapat terpilih menjadi Kepala Kampung. Kita do’akan semoga Gurdan terpilih. 

By borneOrigin Dikirimkan di FIKSI

Tinggalkan komentar